Mengejar pengalaman yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang kita tidak suka merupakan sifat manusiawi pada manusia. Entah sadar atau tidak sadar, kita selalu berupaya untuk mengulang setiap hal yang membuat hati kita senang dan selalu berupaya pula untuk menghindari apa yang mungkin dapat menyakiti hati kita.
Hal-hal apa saja sih yang membuat kita merasa senang atau bahagia?
Pada kenyataannya setiap orang punya sumber yang menjadikan dirinya bahagia,ada yang dengan melakukan perjalanan-perjalanan ke tempat-tempat indah, walaupun tidak semua orang bisa mendapatkan privilege ini. Ada yang merasa bahagia dengan makan, ya…siapa yang tidak senang dengan kegiatan ini. Ada yang merasa dengan banyak uang akan memberikan kebahagian tersendiri bagi dirinya. begitupun dengan saya. kebahagiaan besar itu datang di saat saya sedang berada dalam masa-masa sulit dalam hidup. Permasalahan keluarga yang membuat kepala ini mumet setiap melihat pola tingkah laku orang tua yang tidak ubahnya seperti anak kecil.
Kebahagiaan itu datang ketika saya sedang memberikan hak orang lain yang ada pada rezeki yang datang pada saya. Dengan sedekah yang saya berikan kepada seorang pemain musik jalanan yang melantunkan nada-nada yang sulit saya pahami dari sebuah alat yang bernama kecapi (di Makassar disebut Sinrili). Setelah lama melihat dia duduk di emperan jalan yang biasa saya lalui saat ke kampus. terkadang saya memberikan selembar uang seribuan tanpa adanya interaksi yang lebih hanya lewat, menaruh selembar uang seribuan itu di kaleng, dan pergi berlalu tanpa adanya sebuah interaksi.
Namun, hari itu berbeda. Dengan rezeki lebih dari uang beasiswa yang saya peroleh, saya memberikan hak orang pada apa yang saya miliki kepada Pak Tua renta itu. Ya, dia sudah berumur kurang lebih 70 tahun, ia sendiri kurang mengingat pasti. Namanya Dg. Kulle, walaupun hari itu terik panas matahari, saya masih betah jongkok di pinggir jalan tempat Dg. Kulle sering mangkal. Sedekah yang lebih dari hari biasanya itu membuat dia senang bukan main. Membuat sebuah kebahagiaan kecil inilah yang saya anggap kebahagiaan besar bagi saya. Teringat dari pesan dari Madam Margaret, seorang ibunda sepanjang zaman yang begitu mencintai dunia anak-anak. Dia berpesan.”kebahagiaan itu tidak hanya kita temukan dengan cara mencari kebahagian pribadi. Kebahagiaan juga bisa kita temukan dengan cara membagi kebahagian dengan orang lain
Diapun berkata pada saya,”semoga rezekinya lancar, nak!”ujarnya sambil memukul pundakku (dalam hati ketawa sendiri, kenapa dia tidak mendoakan dirinya sendiri .hahaha). yah… mungkin hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membalas apa yang saya berikan padanya walaupun itu kecil. Saya hanya bisa menjawab,”Amin, pak!”. Hingga saya beranjak pergi dari tempat itu mengingat saya ada janji saya dengan pimpinan di tempat saya magang saat ini, walaupun pada dasarnya, saya memang sudah terlambat. Dia memegang kembali pundakku, ia menambahkan doanya padaku,”semoga diberikan jodohnya segera”.hahaha…saya hanya bisa tertawa sambil berkata dalam hati “Amin”.
Sejak hari itu, saya tidak melihat dia lagi di tempat biasanya, tempat mengais rezeki untuk sesuap nasi bagi keluarganya yaitu dengan memberikan kesenangan kembali pada orang lain lagi yang suka akan musik yang ia lantunka. Setidaknya ia masih berusaha untuk memperoleh setitik rezeki dari orang lain tanpa mengemis. Ya..saya tidak menyebut dirinya pengemis karena dia juga menampilkan kemampuannya dalam memainkan petikan nada-nada di alat musik kecilnya itu. Entah apa yang sedang terjadi pada pak tua itu? Semoga ia dalam keadaan yang baik. Semoga suatu saat saya bisa kembali bersua dengannya….orang yang memberikan saya setitik kebahagiaan dalam masa-masa tersulit dalam hidupku.
(Tulisan ini tidak bermaksud untuk bersifat Riya’. Dimana seolah ingin dikatakan baik oleh orang lain. Sama sekali tidak, kawan!. Hanya satu yang saya ingin mengukir kebahagian yang saya alami lewat tulisan jelek ini)
Read More
Hal-hal apa saja sih yang membuat kita merasa senang atau bahagia?
Pada kenyataannya setiap orang punya sumber yang menjadikan dirinya bahagia,ada yang dengan melakukan perjalanan-perjalanan ke tempat-tempat indah, walaupun tidak semua orang bisa mendapatkan privilege ini. Ada yang merasa bahagia dengan makan, ya…siapa yang tidak senang dengan kegiatan ini. Ada yang merasa dengan banyak uang akan memberikan kebahagian tersendiri bagi dirinya. begitupun dengan saya. kebahagiaan besar itu datang di saat saya sedang berada dalam masa-masa sulit dalam hidup. Permasalahan keluarga yang membuat kepala ini mumet setiap melihat pola tingkah laku orang tua yang tidak ubahnya seperti anak kecil.
Kebahagiaan itu datang ketika saya sedang memberikan hak orang lain yang ada pada rezeki yang datang pada saya. Dengan sedekah yang saya berikan kepada seorang pemain musik jalanan yang melantunkan nada-nada yang sulit saya pahami dari sebuah alat yang bernama kecapi (di Makassar disebut Sinrili). Setelah lama melihat dia duduk di emperan jalan yang biasa saya lalui saat ke kampus. terkadang saya memberikan selembar uang seribuan tanpa adanya interaksi yang lebih hanya lewat, menaruh selembar uang seribuan itu di kaleng, dan pergi berlalu tanpa adanya sebuah interaksi.
Namun, hari itu berbeda. Dengan rezeki lebih dari uang beasiswa yang saya peroleh, saya memberikan hak orang pada apa yang saya miliki kepada Pak Tua renta itu. Ya, dia sudah berumur kurang lebih 70 tahun, ia sendiri kurang mengingat pasti. Namanya Dg. Kulle, walaupun hari itu terik panas matahari, saya masih betah jongkok di pinggir jalan tempat Dg. Kulle sering mangkal. Sedekah yang lebih dari hari biasanya itu membuat dia senang bukan main. Membuat sebuah kebahagiaan kecil inilah yang saya anggap kebahagiaan besar bagi saya. Teringat dari pesan dari Madam Margaret, seorang ibunda sepanjang zaman yang begitu mencintai dunia anak-anak. Dia berpesan.”kebahagiaan itu tidak hanya kita temukan dengan cara mencari kebahagian pribadi. Kebahagiaan juga bisa kita temukan dengan cara membagi kebahagian dengan orang lain
Diapun berkata pada saya,”semoga rezekinya lancar, nak!”ujarnya sambil memukul pundakku (dalam hati ketawa sendiri, kenapa dia tidak mendoakan dirinya sendiri .hahaha). yah… mungkin hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membalas apa yang saya berikan padanya walaupun itu kecil. Saya hanya bisa menjawab,”Amin, pak!”. Hingga saya beranjak pergi dari tempat itu mengingat saya ada janji saya dengan pimpinan di tempat saya magang saat ini, walaupun pada dasarnya, saya memang sudah terlambat. Dia memegang kembali pundakku, ia menambahkan doanya padaku,”semoga diberikan jodohnya segera”.hahaha…saya hanya bisa tertawa sambil berkata dalam hati “Amin”.
Sejak hari itu, saya tidak melihat dia lagi di tempat biasanya, tempat mengais rezeki untuk sesuap nasi bagi keluarganya yaitu dengan memberikan kesenangan kembali pada orang lain lagi yang suka akan musik yang ia lantunka. Setidaknya ia masih berusaha untuk memperoleh setitik rezeki dari orang lain tanpa mengemis. Ya..saya tidak menyebut dirinya pengemis karena dia juga menampilkan kemampuannya dalam memainkan petikan nada-nada di alat musik kecilnya itu. Entah apa yang sedang terjadi pada pak tua itu? Semoga ia dalam keadaan yang baik. Semoga suatu saat saya bisa kembali bersua dengannya….orang yang memberikan saya setitik kebahagiaan dalam masa-masa tersulit dalam hidupku.
(Tulisan ini tidak bermaksud untuk bersifat Riya’. Dimana seolah ingin dikatakan baik oleh orang lain. Sama sekali tidak, kawan!. Hanya satu yang saya ingin mengukir kebahagian yang saya alami lewat tulisan jelek ini)