Buku ini merupakan kumpulan cerpen karya Benny Arnas. Buku yang memuat sebanyak 13 cerpen ini banyak memberikan gambaran mengenai adat dari sebuah kampung. dengan setting tempat di LubukLinggau, Sumatera Selatan. Benny Arnas mampu mentransformasikan tentang adat istiadat dari kampungnya itu.Mulai dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat Lubuklinggau yang diceritakan dengan begitu lancar, seting tempat yang digarap dengan baik, sampai diksi yang terdapat dalam narasi dan dialog pun terasa kental sekali “Lubuklinggau”nya.
seperti dalam teori Kultivasi bahwa sebuah media massa seperti buku akan mampu memberikan gambaran mengenai budaya dari sebuah tempat sehingga bagi siapapun akan mengetahui budaya tersebut tanpa harus berada disana secara fisik.
buku ini merupakan buku kedua yang saya baca dengan settingan pulau sumatera setelah buku Tetralogi Laskar Pelangi. Dengan lebih banyak menggunakan dialek melayu di setiap percakapan dalam cerpennya ini, Benny Arnas mampu menggunakan beragam diksi yang jarang saya jumpai dan ada di buku itu seperti saya sering mendapatkan kata-kata baru layaknya Jiran yang ternyata berarti tetangga. Meskipun agak aneh membaca sebuah cerita dengan dialek dan diksi yang jarang saya dengar. namun secara keseluruhan cerita dengan diksi sangat cocok mengambarkan Lubuklinggau secara keseluruhan.
secara pribadi, dari 13 cerpen yang ada dalam buku ini. saya sangat menyukai Percakapan Pengantin, Malam Rajam, serta Sajak-sajak yang mengantarmu pulang.Namun, ini hanyalah pandangan subyektif semata.